tren ritel global retail trends 2024

Perkembangan industri tren ritel atau retail, dikabarkan akan semakin meningkat di tahun 2024. Hal ini pun didukung oleh riset McKinsey & Company, yang meramalkan bahwa akan ada peningkatan sebesar 2-4% untuk industri ritel di tahun ini.

Sementara itu, bisnis ritel di Indonesia juga diramalkan akan meningkat di tahun 2024. Ketua Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) Roy Nicholas Mandey memproyeksikan, bahwa bisnis ritel akan meningkat di tengah tahun politik. 

Dengan peningkatan secara global dan juga lokal, maka perusahaan ritel perlu memperhatikan tren baru untuk dapat bersaing. Mengingat bahwa ritel merupakan industri super cepat, yang penuh akan kompetisi bisnis.

8 Tren Bisnis Ritel Global 2024

Dalam pembahasan kali ini, terdapat tren-tren teknologi yang dapat meningkatkan kinerja dan performa bisnis ritel secara menyeluruh. Inilah beberapa retail 2024 trends yang dapat dipelajari dan dipertimbangkan:

1. Automation

Hampir semua aktivitas dalam bisnis retail dapat dijalankan dengan teknologi otomasi. Dikutip dari McKinsey, sekitar 52% dari aktivitas ritel, dapat diimplementasikan dengan otomasi, setidaknya sebagian darinya.

Survei McKinsey juga menyebutkan, bahwa retailer akan menjadi investor otomasi terbesar untuk lima tahun ke depan. Sekitar 23% dari responden survei akan mengeluarkan dana lebih dari 500 miliar USD.

Sesuai dengan namanya, tren ritel ini akan meningkatkan efisiensi ritel, serta memotong pengeluaran biaya perusahaan secara signifikan. Adapun beberapa contoh aktivitas yang dapat dipercepat dengan otomasi yaitu:

2. Phygital Shopping

Tidak semua pelanggan ingin berbelanja secara digital, dan tidak semua ingin melakukannya dengan cara konvensional. Untuk memenuhi keduanya, maka diciptakanlah tren ritel baru yang dinamakan phygital.

Phygital merupakan kombinasi dari physical dan digital. Konsep ini menggabungkan pengalaman berbelanja secara online dan offline secara mulus, untuk menyajikan pengalaman menarik untuk pelanggan.

Salah satu contoh penerapan phygital dalam ritel yaitu virtual try-ons, dimana pelanggan dapat membeli baju dan coba memakainya dulu secara virtual. Ini akan membuat pelanggan yakin dengan pembelian online-nya.

Selain itu, perusahaan juga dapat memanfaatkan live-streaming dalam berjualan, untuk terhubung langsung dengan pelanggan. Pengalaman unik seperti ini akan meningkatkan kompetisi di dunia pasar digital.

3. Artificial Intelligence (AI)

Perkembangan kecerdasan buatan sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Semakin ke depan, AI akan semakin diimplementasikan ke segala aspek kehidupan, dan industri retail merupakan salah satu penerima terbaiknya.

Menurut survei dari Analytics Insight, sekitar 80% responden berekspektasi bahwa perusahaannya akan memakai otomasi AI di tahun 2025. Ini membuktikan bahwa AI akan menjadi kunci dalam bisnis ritel ke depan.

Implementasi AI akan dapat meningkatkan strategi pemberian harga, optimasi kinerja pemasaran, dan pengontrol rantai pasokan. Dengan ML (Machine Learning), AI juga dapat memberikan personalisasi dan customer service kepada pelanggan.

4. Hyper-personalization

Seperti yang dijelaskan di atas, personalisasi dapat diperkuat dengan kehadiran AI dan ML. Ini dinamakan dengan hyper-personalization, yang dapat membantu pelanggan menemukan produk sesuai keinginan.

Lantas, apa bedanya dengan personalisasi biasa? Hyper-personalization menggunakan data historis dan real-time, untuk menyesuaikan diri dengan perilaku, kebiasaan, dan ketertarikan pelanggan.

Teknologi ini juga membantu perusahaan untuk mempelajari personalisasi tiap pelanggan. Semua data tersebut akan diintegrasikan ke dalam dasbor, yang mudah digunakan untuk memutuskan strategi bisnis.

5. RFID dan QR Code

Radio-frequency identification (RFID) dan kode QR, merupakan tren ritel yang tidak kalah pentingnya. Sebab, kedua teknologi ini akan membantu pengelolaan inventaris, dengan melacak tag dan kode dengan cepat.

RFID menggunakan gelombang radio untuk melacak produk, membantu optimasi inventaris, mengurangi tindakan pencurian, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. RFID juga akan memberikan informasi detail mengenai produk yang direkomendasikan.

Sementara itu, kode QR dapat menunjukkan konten digital pada produk fisik kepada pelanggan. Hal ini dapat dipakai perusahaan ritel, untuk membawa pelanggan ke situs belanja online yang dimiliki dengan praktis.

6. Mobile Technologies

Dengan banyaknya masyarakat yang tergantung dengan teknologi mobile, maka pembelian juga akan beralih ke mobile e-commerce. Ditambah lagi, aplikasi belanja tersebut menyediakan pembayaran secara mobile juga.

Di Amerika Serikat, data Statista menyebutkan bahwa estimasi penjualan m-commerce mencapai 491 miliar USD di tahun 2023. Di tahun 2027, diprediksikan total penjualannya mencapai hingga 856 miliar USD.

Lalu, apa yang ditawarkan dari teknologi mobile? Sebagai contoh, retailer dapat menyajikan promosi kepada pelanggan melalui aplikasi. Hal ini ternyata dapat mengajak pelanggan untuk mengunjungi ritel fisik.

Aplikasi smartphone juga tidak hanya menyediakan aplikasi belanja saja, namun juga untuk mengelola inventaris dan kasir. Ini akan semakin mempermudah pemilik ritel yang baru, dalam menjalankan usahanya.

7. Social Commerce

Bagaimana jika pelanggan dapat berbelanja di media sosial? Konsep ini dinamakan dengan social commerce, yang sebenarnya sudah tentu familiar di mata masyarakat, terutama kalangan Gen Z dan Alpha.

Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah TikTok, yang membuka TikTok Shop untuk menyediakan pengalaman berbelanja yang unik. Ditambah lagi, TikTok memiliki influencer yang dapat mendorong pengguna untuk membeli.

Dengan kebiasaan pengguna TikTok yang sering memakai aplikasi dalam waktu lama, maka tidak heran TikTok memakai konsep social commerce. Retailer akan sangat mudah memasarkan produk, karena terhubung langsung dengan calon pembeli.

8. Datafication

Tren ritel terakhir kali ini yaitu datafication, sebuah proses perubahan informasi menjadi data. Dalam retail industry trends, teknologi ini telah mengubah bagaimana bisnis beroperasi, dan cara interaksi dengan pelanggan. 

Dengan datafication, retailer dapat mengumpulkan data pelanggan seperti histori penelusuran, pola pembelian, preferensi, dan info pembayaran. Data ini dapat diproses kembali untuk:

Punya Stok Berlebih? Zaapko Solusinya!

Stok yang berlebih, juga merupakan masalah lama dalam industri ritel di Indonesia maupun negara lain. Berbagai tren yang dijelaskan di atas, juga dapat diimplementasikan untuk mencegah situasi merugikan ini.

Namun, bagaimana jika perusahaan ritel sudah terlanjur memiliki stok yang  berlebih? Untungnya, hal tersebut dapat teratasi dengan memanfaatkan pihak ketiga yang dapat mencairkan stok dengan cepat, seperti Zaapko.

Merupakan leading brand B2B e-commerce, Zaapko dapat membantu perusahaan ritel terhubung dengan pembeli stok yang tepat. Pembeli akan mendapatkan harga kompetitif, untuk mempercepat proses likuidasi stok berlebih.

Zaapko juga dibekali teknologi untuk memberikan pengalaman berbelanja di situs yang mulus. Urusan logistik juga disediakan Zaapko untuk membantu pengiriman dengan kualitas terbaik.

Maka itu, segera atasi stok ritel berlebih Anda dengan Zaapko. Anda akan dapat kembali fokus untuk mempertimbangkan implementasi tren ritel di atas, untuk keberlanjutan perusahaan Anda di bisnis ritel.